Up-Date/Artikel Terbaru

Showing posts with label Artikel Pilihan. Show all posts
Showing posts with label Artikel Pilihan. Show all posts

Sirsak, 10 ribu kali lebih kuat dari kemoterapi?


Buah Sirsak telah diteliti dan dikembangkan sebagai bahan baku obat kanker, terutama kanker prostat, pankreas, dan paru-paru.

Sebuah perusahaan di Amerika rela mengucurkan miliaran dolar demi membuktikan khasiat sirsak sebagai pembunuh sel kanker yang efektif dan jauh lebih aman ketimbang terapi kemo. Sayang, hingga kini obat tersebut masih dirahasiakan.

Berita tentang rahasia buah sirsak itu belakangan terkuak dan menyebar luas dengan cepat melalui milis. Informasi tersebut tentu cukup menggembirakan, terutama bagi para penderita kanker dan keluarganya.

"Syukurlah kalau itu benar, papa saya biar makan sirsak saja, nggak usah ngabisin banyak duit," ujar Emmy, yang ayahnya tujuh bulan lalu divonis menderita kanker paru-paru.

Saat ini jumlah penderita kanker memang terus bertambah, dan belum ada solusi yang dianggap minimal efek samping.

Sementara dalam penemuan itu disebutkan, obat berbahan baku buah sirsak ini memiliki manfaat 10 ribu kali lebih kuat daripada kemoterapi.

Di tengah kenyataan itu, sebuah perusahaan Amerika yang telah lama meneliti dan mengembangkan buah sirsak (soursop) sebagai bahan obat kanker masih menutup rapat rahasia keajaiban buah ini. Apa sebenarnya yang terjadi dalam penelitian sirsak?

Sepuluh ribu kali lebih kuat
Semua itu berawal dari penelitian di Universitas Purdue, Amerika Serikat, yang berhasil membuktikan buah sirsak efektif membunuh sel-sel kanker. Sayangnya, hasil penelitian itu belum bisa dirilis kepada publik.

Sepertinya mereka ingin mengambil keuntungan atas hasil penelitian tersebut. Maklum, dana yang dikeluarkan untuk penelitian itu terbilang amat sangat besar.

Bicara soal kehebatan buah sirsak atau graviola, sebenarnya telah lama dilaporkan lembaga-lembaga penelitian di AS. Health Sciences Institute, AS, pada awal tahun 2000 mengungkapkan, buah yang dalam Spanyol disebut graviola itu memiliki kemampuan sebagai pembunuh alami sel kanker, bahkan hingga 10 ribu kali lebih kuat dari kemoterapi yang menggunakan zat kimia.

Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, dan efektif melawan berbagai jenis parasit atau cacing. Sirsak juga efektif menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stres, dan menormalkan kembali sistem saraf yang terganggu.

Penelitian Health Sciences Institute diambil berdasarkan kebiasaan suku Indian yang hidup di hutan Amazon. Beberapa bagian dan pohon ini, seperti kulit kayu, akar, daun, daging buah, dan bijinya, selama berabad-abad dijadikan obat oleh suku bangsa itu. Graviola atau sirsak diyakini masyarakat Amazon sebagai obat sakit jantung, asma, gangguan fungsi lever (hati), dan rematik.

The National Cancer Institute telah melakukan penelitian terhadap graviola sejak tahun 1976. Uji coba itu dilakukan di 20 laboratorium independen yang berbeda di bawah pengawasan The National Cancer Institute.

Memburu hanya sel jahat
Di Asia, penelitian serupa dilakukan di Korea Selatan. Suatu studi yang dipublikasikan dalam the Journal of Natural Products menyatakan, studi yang dilakukan di Catholic University di Korea Selatan menyebutkan bahwa salah satu unsur kimia bernama annonaceous acetogenin yang terkandung di dalam graviola, mampu memilih, membedakan, dan membunuh sel kanker yang berkembang di usus besar.

Penemuan yang mencolok dari studi tersebut adalah bahwa zat antikanker itu juga mampu menyeleksi dan membunuh hanya sel jahat kanker, sedangkan sel yang sehat tidak tersentuh.

Bandingkan dengan kemoterapi, yang selama ini digunakan untuk mengobati penderita kanker yang tidak bisa membedakan sel kanker dan sel sehat. Sel-sel reproduksi (seperti lambung dan rambut) dibunuh habis dalam kemoterapi. Dampaknya, timbul efek negatif berupa rasa mual, rambut rontok, dan penurunan berat badan secara drastis.

Selain itu, keampuhan buah sirsak adalah melindungi sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi yang mematikan. Dampaknya bagi penderita kanker adalah energi mereka semakin meningkat dan penampilan fisik semakin membaik.

Daun direbus
Di Indonesia, sirsak sebagai obat alami juga sudah lama dikenal. Dosis yang pernah dicoba para terapis herbal untuk mengatasi pertumbuhan sel kanker adalah 10 helai daun sirsak yang telah hijau tua direbus dengan 3 gelas air (600 cc), dan dibiarkan hingga tersisa satu gelas air (200 cc). Setelah dingin, lalu disaring dan airnya diminum setiap pagi (ada beberapa pasien yang minum pagi-sore).

Efek dari konsumsi rebusan daun sirsak adalah perut terasa hangat atau panas, lalu badan akan berkeringat deras. Perlu dipahami bahwa penggunaan ramuan herbal tidak berkhasiat langsung atau cespleng alias sembuh seketika seperti efek yang ditawarkan obat kimia. Artinya, butuh kedisiplinan untuk minum ramuan selama 3-4 minggu.

Setelah itu, efeknya baru bisa dirasakan dan itu pun belum bisa diuji secara ilmiah, lebih mengandalkan testimoni atau pengakuan empiris.

Hambali (33 tahun) penderita kanker prostat mengakui, setelah rajin minum jus sirsak tanpa gula kondisinya lebih baik. Ia bisa beraktivitas kembali setelah sebelumnya susah bergerak. Saat diperiksa di laboratorium, ternyata sel-sel kankernya mengering. Sel-sel lain yang tumbuh (rambut, kuku, dan lain-lain) sama sekali tidak terganggu.

Mengingat keampuhan tersebut, alangkah indahnya jika hasil penelitian ilmiah bisa diketahui publik dan menjadi dasar digunakannya sirsak sebagai obat kanker, agar memberi secercah harapan bagi para penderita penyakit yang mematikan ini.

Ragam Khasiat Si Graviola
Hampir semua bagian dari pohon sirsak, mulai kulit kayu, akar, daun, daging buah, hingga bijinya, selama berabad-abad dijadikan obat oleh suku Indian di Amerika Selatan. Beberapa gangguan kesehatan di antaranya sakit jantung, asma, masalah lever (hati), dan rematik diatasi dengan sirsak.

Fakta empiris tersebut menarik perhatian suatu perusahaan yang kemudian mengucurkan dana dan sumber daya manusia yang sangat besar guna melakukan riset dan aneka tes terhadap sirsak. Hasilnya sangat mencengangkan.

Berikut hasil temuan ragam khasiat graviola:
  • Menyerang sel kanker dengan aman dan efektif, tanpa konsekuensi rasa mual, berat badan turun, atau rambut rontok, seperti yang biasa terjadi pada terapi kemo.
  • Melindungi sistem kekebalan tubuh dan mencegah dari infeksi yang mematikan.
  • Meningkatkan energi dan membuat penampilan fisik membaik.
  • Secara efektif memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker. Di antaranya kanker usus besar, payudara, prostat, paru-paru, dan pankreas.
  • Daya kerjanya 10.000 kali lebih kuat dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker dibandingkan dengan adriamycin dan terapi kemo yang umum digunakan.
  • Tidak seperti terapi kemo, sari buah ini secara selektif hanya °memburu" dan membunuh sel-sel jahat dan tidak membasmi sel-sel sehat.

Terganjal Masalah Hak Paten
Salah satu perusahaan obat terbesar di Amerika Serikat dengan omset miliaran dolar yang melakukan riset luar biasa mengenai sirsak, punya alasan sekaligus masalah mengapa sampai sejauh ini belum berani menjelaskan secara luas tentang obat kanker berbahan dasar buah yang juga tumbuh di hutan Amazon ini.

Pasalnya, industri farmasi (belum diketahui namanya) itu hingga kini terus mencoba mematenkan hasil penelitian itu, tapi gagal karena ketentuan undang-undang federal AS. Dalam UU tersebut dijelaskan hasil penelitian tersebut belum bisa dipatenkan, sebelum ditemukan unsur sintetisnya.

Karena bahan aktif dari daun dan buah sirsak berasal dari tumbuhan, berarti hasil penelitian berhak diketahui oleh masyarakat umum, termasuk kita semua yang ada di Indonesia.

Tak heran, perusahaan yang menghadapi masalah besar ini berusaha sekuat tenaga dengan biaya sangat besar coba membuat sintesis/kloning sirsak agar bisa dipatenkan. Dengan demikian, dana yang dikeluarkan untuk riset dan aneka tes bisa kembali, dan bahkan meraup keuntungan besar.

Sayangnya, usaha ini tidak berbuah manis alias gagal. Sirsak tidak bisa dikloning. Dengan kata lain, perusahaan tidak bisa memenuhi persyaratan yang telah diundang-undangkan, meski telah mengeluarkan dana sangat besar.

Saat mimpi sekaligus semangat mendapatkan keuntungan besar perlahan memudar, kegiatan riset dan tes juga berhenti. Lebih parah lagi, perusahaan menutup proyek ini memutuskan untuk tidak memublikasikan hasil riset.

Meski begitu, cerita tak berhenti di sini. Harapan masyarakat luas untuk menggali manfaat sirsak sebagai solusi alami peredam kanker itu tumbuh lagi.

Setelah ada salah seorang ilmuwan (tak jelas identitasnya) dari tim riset merasa tidak tega melihat kenyataan ini. Akhirnya dengan mengorbankan karier dan reputasinya, ia menghubungi sebuah perusahaan yang biasa mengumpulkan bahan-bahan alami dari hutan Amazon untuk pembuatan obat.

Ketika para pakar riset dari Health Sciences Institute mendengar, berita keajaiban sirsak, mereka mulai melakukan riset. Hasilnya sangat mengejutkan, sirsak terbukti sebagai pohon pembunuh sel kanker yang efektif. Sayangnya, sampai saat ini belum ada pihak maupun perusahaan farmasi yang berani menindaklanjuti temuan menggembirakan ini dengan berbagai alasan.
Meski begitu, sekarang Anda sudah tahu manfaat buah sirsak yang luar biasa ini. Rasanya yang manis campur asam menyegarkan ini tentu tak asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sirsak bisa dikonsumsi segar maupun diolah menjadi jus. (cbn) www.suaramedia.com

NOTE:

Kandungan daun sirsak merupakan senyawa aktif untuk pemompaan P-glycoprotein yang menghasilkan senyawa anti kanker. Daun sirsak bahkan lebih kuat dan lebih baik dari kemoterapi karena ia hanya membunuh sel-sel yang tumbuh abnormal dan tetap membiarkan sel-sel normal tumbuh sebagaimana mestinya.



Perkenalkan, Inflammatory Breast Cancer (IBC)

Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan di berbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Sayangnya sampai saat ini penyebab kanker payudara masih belum diketahui.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko kanker payudara, antara lain usia, riwayat kesehatan, faktor keturunan, faktor hormonal seperti menstruasi pertama terlalu cepat dan menopause dini. Selain itu upaya menunda kehamilan atau kehamilan pertama terjadi di atas usia 30 tahun juga bisa meningkatkan resiko. Gaya hidup yang tidak sehat, misalnya sering mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jahat, atau kurang berolahraga, juga d
apat memperbesar resiko terserang kanker payudara.

Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas. Hanya 6%-nya terjadi pada mereka yang berusia kurang dari 40 tahun. Meski demikian, kian hari makin banyak penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Oleh karena itu jika Anda termasuk golongan yang beresiko tinggi, meski baru berusia 30-an, tak ada salahnya untuk lebih bersikap waspada terhadap perubahan yang terjadi pada payudara Anda.

Indonesia sudah cukup lama mengkampanyekan SADARI (periksa payudara sendiri). SADARI adalah tindakan deteksi dini terhadap adanya gejala-gejala kanker payudara. Metode ini sangat sederhana, namun diharapkan dapat menekan tingginya angka penderita kanker payudara, karena semakin awal terdeteksi maka semakin cepat proses pengobatan yang diperlukan.

Pemerikasaan payudara sendiri dilakukan dengan meraba payudara sendiri apakah terdapat benjolan atau tidak, baik yang sakit maupun yang tidak sakit. Benjolan dapat menandakan adanya tumor. 8 dari 10 benjolan yang ditemukan pada payudara adalah tumor jinak atau tidak memiliki sifat kanker. Namun, jika Anda menemukan benjoan yang permanen pada payudara, segera temui dokter untuk memastikan bahwa benjolan tersebut tidak berbahaya. Selain itu perhatikan kulit payudara, apakah pembuluh vena-nya semakin terlihat? Apakah kulit di sekitar puting menjadi berkerut? Kemudian cermati puting payudara bila ada cairan lengket atau darah yang keluar. Terakhir, perhatikan ukuran dan posisi payudara. Bila ukurannya mengecil atau posisi yang satu lebih rendah daripada yang lain, sebaiknya segera konsultasikan pada dokter.


Ada sejumlah kecil kanker payudara muncul tanpa adanya benjolan sama sekali. Jenis kanker payudara yang dikenal dengan Inflammatory Breast Cancer (IBC) ini cukup jarang dan jenis yang sangat agresif. Jika tidak segera terdiagnosa maka bisa menyebabkan kematian.


Kenali gejala-gejalanya seperti:
  1. Pertumbuhan ukuran payudara yang cepat dan tidak normal,
  2. Timbul kemerahan, ruam atau bisul pada payudara,
  3. Rasa gatal berkepanjangan pada payudara atau putting,
  4. Adanya penebalan pada jaringan payudara,
  5. Timbul rasa sakit yang menusuk-nusuk atau nyeri pada payudara,
  6. Timbul rasa panas (seperti demam) pada payudara,
  7. Adanya pembengkakan nodus limfe di ketiak atau di bawah tulang selangka,
  8. Adanya lesung pada payudara,
  9. Putting payudara menjadi rata atau melesak ke dalam.
Inflammatory Breast Cancer ini sering disalahartikan sebagai infeksi. Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, mintalah rujukan untuk melakukan mammogram. Jika ada perubahan warna pada payudara, minta pula rujukan untuk biopsy. Jika gejala-gejala tetap ada tanpa adanya diagnosa penyebabnya, minta pendapat kedua atau ketiga sampai ada dokter yang dapat menentukan penyebab gejala-gejala tersebut.

Pria juga dapat terkena kanker payudara walau persentasenya lebih kecil daripada perempuan. Kanker payudara pada pria juga berbahaya. Penyebaran kanker payudara pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara pria lebih tipis dari perempuan sehingga pada tahap awal mungkin sudah terjadi pelekatan pada jaringan sekitarnya. Karena itu, disarankan pria juga melakukan SADARI sehingga setiap perubahan cepat diketahui.

Sumber: Article Tunnel

Percaya Atau Tidak?

Anda mungkin bertanya-tanya; gambar ini coba menjelaskan apa? Boleh jadi ia tidak mewakili apapun yang perlu dianggap penting, tetapi boleh jadi juga, sebaliknya.

Lewati bagian ini bila merasa tidak tertarik, atau
klik di sini untuk mengetahui apakah Anda dapat mempercayainya atau tidak.

Pengobatan Kanker Payudara Non-Bedah

Pengobatan kanker payudara dengan cara pengangkatan sel kanker (tumor) secara menyeluruh yang berakibat pada pengangkatan payudara, mulai ditinggalkan. Pengobatan demikian sering hanya mampu menghambat pertumbuhan sel kanker, namun tidak menyembuhkan pasien secara total.

Secara medis pasien tersembuhkan, tetapi kualitas hidupnya menurun akibat penyakit yang pernah dideritanya. Untuk itu, kini mulai dikembangkan strategi pengobatan kanker payudara secara terpadu. "Sekarang pengobatan nonbedah banyak dikembangkan.

Kecenderungan dari segi estetis penderita tidak mau cacat, sehingga pasien memilih pengobatan yang menjamin penghancuran sel kanker," kata Dr dr Med Didid Tjindarbumi SpB SpBOnk dalam Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) di Semarang, pekan lalu. Selama ini, kata Didid, pengobatan kanker payudara dengan cara pembedahan lebih dikedepankan dengan pertimbangan demi keselamatan pasien.

Dengan pembedahan untuk mengangkat sel kanker, diharapkan dapat menyelamatkan hidup pasien atau setidaknya kesempatan hidup pasien bisa lebih lama. Dalam praktiknya, meski tidak bisa 100 persen pasien kanker payudara terselamatkan dengan metode pengobatan seperti ini, banyak pasien yang mendapatkan kesempatan hidup lebih lama.

Aspek Estetika
Meski kesempatan hidup lebih lama, jelas Didid, belum tentu pasien dapat menikmati sisa hidupnya tersebut. Pengangkatan payudara sebagai efek pengobatan kanker payudara sering kali menyebabkan pasien stres, merasa minder, atau tersingkir, karena tidak sempurna lagi. Akibatnya, kualitas hidup mereka pun menurun. Mereka tidak lagi mempunyai semangat hidup seperti sebelum sakit. Ini menimbulkan dampak sosial yang luas pada keluarga, teman, dan di tempat kerja. "

Tren di luar negeri, lebih banyak dilakukan suporting terapi untuk penderita kanker payudara. Kalau toh operasi, tidak terlalu luas. Pengobatan lebih diarahkan ke pengobatan dengan kemoterapi, hormonal, dan imonoterapi. Dalam hal ini, aspek estetika menjadi salah satu pertimbangan penting selain penyembuhan pasien kanker payudara," ujar Didid. Namun, pengobatan nonbedah itu sering kali sulit dilaksanakan di Indonesia karena besarnya biaya yang dibutuhkan.

Tidak semua pasien kanker payudara mampu membiayai pengobatannya, apalagi dengan metode nonbedah. Sebagian besar pasien kanker payudara di Indonesia adalah kelompok masyarakat menengah ke bawah. Ada kecenderungan penderita kanker payudara semakin bertambah dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, jumlah pasien kanker payudara yang dirawat di bagian bedah Rumah Sakit Umum Dokter Karyadi sejak tahun 1995 hingga 1999 meningkat sekitar 10 persen. Tahun 1995 jumlah pasien 107 orang, dan tahun 1999 meningkat menjadi 144. Dari sekian banyak pasien tersebut, 75 persen lebih berasal dari keluarga tidak mampu. Karena itu, pengobatan sering kali dilakukan dengan cara pembedahan.

"Harus dibiasakan back to basic, makan sayuran dan buah-buahan. Jangan makan daging lemak, santan, dan otak. Makanan yang banyak mengandung lemak, terutama lemak hewani, merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan berbagai macam penyakit, termasuk kanker payudara. Yang paling baik adalah makanan berserat dan tidak mengandung lemak," jelas Didid. (IKA)

Sumber: KOMPAS 24 September 2005

Black Box Bangsa Kita

Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI baru-baru ini menyebutkan, kini angka kanker Indonesia sudah mencapai 20 juta. Artinya, makin banyak rakyat kita yang terkena kanker. Mengapa?

Bisa jadi karena rakyat bertahun-tahun makan ikan asin. Nitrosamine dalam ikan asin pencetus kanker sejahat formalin dalam tahu, kecap, dan terasi. Proses kanker tidak terjadi dalam semalam, seperti kasus menceret. Anak sekolah mengonsumsi sirop, saus tomat, kerupuk, dan jajanan memakai pewarna tekstil (rhodamine B). Mereka memikul risiko kanker kelak setelah dewasa. Pewarna tekstil tergolong carcinogenic.

Dulu menuang bumbu masak harus memakai sendok kayu khusus. Kini penjual bakso menuang langsung dari wadah kantong plastik. Siapa yang melarang? Puluhan tahun mengonsumsi glutamat berlebihan tak membebaskan rakyat dari ancaman kanker.

Berapa banyak pengawet tak aman dalam aneka jajanan rumahan. Perut rakyat dicemari bahan kimia perenyah keripik, antilengket mi, dan lelehan plastik atau styrofoam dari pengemas kuah panas restoran, kini bukan hal baru.

Supaya garing, investigasi sebuah stasiun TV menemukan, gorengan di pinggir jalan dibuat dengan mencemplungkan kantong plastik saat menggoreng. Karena pertimbangan lebih murah, penjual gorengan memilih minyak jelantah bekas restoran. Dua-duanya mencetuskan kanker, sama jeleknya dengan botol plastik bekas air mineral dipakai ulang seperti jamak dilakukan.

Dulu produk kedelai kita pernah ditolak Jepang karena tercemar jamur penghasil aflatoxin pencetus kanker hati akibat jelek cara panen dan penyimpanannya. Aflatoxin juga ditemukan dalam bahan pembuat jamu rumahan karena tercemar kapang. Tempe bongkrek bisa ber-aflatoxin selain racun lain, masih jadi menu harian rakyat. Bertahun-tahun kebiasaan rakyat bersusur tembakau saat menyirih mencetuskan kanker mulut.

Konsumsi gula pasir rakyat terus meningkat. Mengolah air tebu menjadi kristal gula pasir ditambahkan bahan kimia. Zat ini juga dituduh menjadi bibit kanker, seperti tak amannya pemanis buatan tertentu dalam jajanan. Kimia pemroses gandum menjadi terigu tak menyehatkan juga. Kini di negara maju roti gandum dipilih ketimbang roti putih. 

Banjir radikal bebas 
Tanpa menginsafi, ratusan, bahkan ribuan bahan kimia memasuki industri makanan dan minuman, mengepung perut rakyat. Pestisida tertelan lewat buah dan sayuran. Agar belatung tak tumbuh, ikan asin disemprot obat nyamuk. Bahan pengawet melekat di kulit buah impor. Hormon penggemuk disuntikkan ke ternak dan unggas potong. Antibiotika dalam udang. Saat es lebih mahal, formalin menjadi pengawet ikan.

Kosmetik impor masuk desa. Air raksa dalam kosmetik menjadi bibit kanker. Pewarna tekstil dipakai untuk lipstik dan pemerah pipi. Odol dan sampo murah berisi kimiawi berbahaya.

Kadar air raksa sebagian laut kita dan sungai di lokasi penambang emas sudah melebihi ambang batas. Dari sana konsumsi ikan dan air minum rakyat berasal. Belum cemaran cadmium dan logam berat lain. Akumulasi logam berat di tubuh tak terpantau. Sebagian merupakan radikal bebas (free radicals) selain pencetus kanker. Radikal bebas menjadi musuh orang modern. Penyakit kiwari banyak berawal dari banjirnya cemaran ini.

Campuran kimia 
Berapa kali dalam seminggu rakyat mengonsumsi menu bakaran dan yang diasap. Sebagaimana makanan diasap, menelan ikan, sate, dan daging gosong memicu kanker. Minyak goreng nakal dicampur bahan kimia, beras diberi pemutih, ikan laut dilumuri cat merah agar harga jual lebih tinggi. Cat tembok murah mengandung formaldehyde, tak aman buat kesehatan. Cat pada mainan anak juga begitu.

Memikul pencetus kanker dan membanjirnya radikal bebas tubuh menambah buruk kesehatan rakyat. Lain dari itu tak semua rakyat utuh modal sehatnya sedari lahir. Lahir mewarisi kurang gizi, salah dibesarkan, kian bertumpuk dengan ancaman hidup modern. Yang papa memikul kelemahan sendiri, selain memikul akibat kekayaan orang lain. Sampah dan polusi industri serta pola maupun gaya hidup modern berimbas masuk desa. Steak, burger, dan hotdog bukan menu sesuai mesin tubuh manusia.

Anak mewarisi kencing manis jika lahir dari ibu kurang gizi. Otaknya tak lebih encer dari sebayanya yang kecukupan ikan dan telur. Tidak minum susu setelah balita, tulang tak terbentuk tebal, dan rentan keropos. Setelah besar siapa melarang doyan minuman ringan bersoda, penambah keropos tulang yang telanjur tipis. Rakyat menyelesaikan sendiri pegal linunya dengan jamu nakal berisi bahan kimia obat berefek samping keropos tulang, kencing manis, dan darah tinggi.

Semua ini membawa rakyat sulit mengulur umur lebih panjang. Ini musibah bangsa. Sejatinya, modal sehat rakyat diinvestasi sejak lahir agar bisa ditabung sampai ujung usia. Kurangnya informasi, modal sehat susut sejak dilahirkan. Sebagian hilang di perjalanan umur. Itu sebabnya harapan hidup rakyat kita tak sepanjang potensi biologisnya. Andai kotak hitam tubuh rakyat dibongkar akan kelihatan salah satu penyebab musibah nasional, bibit kanker sudah tertanam sejak kecil mula.

Handrawan NadesulDokter, Pengasuh Rubrik Kesehatan, Penulis Buku.

Tentang Sel Kanker, Mutasi Gen, dan Metastasis

Kanker adalah suatu kondisi di mana sel telah kehilangan kendali terhadap mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang abnormal, cepat dan tidak terkendali. Sel-sel kanker tersebut akan terus membelah (multiplikasi) tanpa mengikuti faal (fungsi) tubuh normal.

Kanker dapat mengenai seluruh bagian tubuh manusia, misalnya mata, kulit, mulut, leher (thyroid), jantung, paru, usus, hati, sistem reproduksi dan sebagainya. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembang-biakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh.

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi. Adapun proses transformasi ini terdiri atas:

Tahap inisisasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, dapat berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

Tahap promosi
Pada tahap promosi, sel yang telah mengalami inisiasi tadi akan berubah menjadi ganas. Contoh promotor berupa: ko-karsinogenik (gaya hidup tak sehat). Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (faktor penyebab dan resiko). Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.

Faal Kanker dibentuk oleh dua faktor yang dianggap berperan penting dalam membentuk kanker yakni:

1. Karsinogenik. Penyelidikan mengenai karsinogenik menghasilkan banyak pengetahuan pada asal alami karsinogenesis. Pengertian tersebut dapat diringkas menjadi:

  • Sebagian besar bahan karsinogenik adalah mutagen
  • Sifat karsinogenik tergantung dosis dan dosis multiple terbagi sifat karsinogeniknya setara dengan bahan yang diberikan tunggal
  • Sifat karsinogenik dapat ditingkatkan dengan agen promotor dan agar efektif promotor harus mengikuti inisiator (dalam hal ini bahan kimia)
  • Dua atau lebih inisiator (bahan kimia ditambah karsinogen lainnya) dapat menginduksi transformasi ganas (karsinogenesis).

Karsinogenik sebagai inisiator akan berinteraksi dengan DNA untuk menginduksi terjadinya mutasi dan lebih bersifat ireversibel. Pemaparan beruntun inisiator dapat memperbanyak mutasi baru. Tambahan, adanya promotor yang menginduksi replikasi sel dan memungkinkan terjadinya seleksi klon menyimpang. Adanya replikasi sel yang menyimpang ini menyebabkan kesalahan genetik sehingga memantapkan transformasi keganasan. Diperkirakan mutasi pertama kali menyebakan imortalisasi dan terlepas dari kendali pertumbuhan, sehingga hal ini memberi kesempatan untuk terjadinya mutasi selanjutnya dan terjadilah onkogenik.

2. Genetik Gen merupakan unit fungsional dasar yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Gen tersebut dibuat di dalam deoxyribonucleic acid (DNA) dan di dalamnya terdapat kromosom. Gen memiliki peran langsung dalam menentukan warna kulit atau mata, golongan darah dan saat ini perkembangan kanker.

Karena beberapa alasan, gen dapat berubah (mutasi). Beberapa mutasi ini tidak berpengaruh terhadap sel, namun di saat lain sangat berbahaya atau bahkan membantu sel tubuh. Mutasi ada dua, yakni:

1. Mutasi yang diturunkan (germline mutation) adalah mutasi yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Semua sel orang tua terekspresi pada tubuh anak, termasuk sel telur dan sperma dan hal ini berlangsung turun-temurun. Mutasi turunan ini berperan 5-10% dalam kasus kanker yang disebut sebagai familial cancer.

2. Mutasi dapatan (acquired mutation) adalah mutasi yang terjadi pada masa kehidupan seseorang, bukan turunan. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tembakau, terpapar sinar UV, bahan kimia. Mutasi ini tidak terjadi pada seluruh tubuh.

Berikut adalah tipe gen yang memberi kontribusi terhadap terjadinya kanker:

  • Gen supresor tumor: Gen ini merupakan gen protektif, di mana berfungsi menekan pertumbuhan sel dengan mengevaluasi tingkat pembelahan sel, memperbaiki ketidakcocokan DNA dan mengendalikan kematian sel (apoptosis). Ketika gen supresor tumor mengalami mutasi (baik pengaruh genetik atau lingkungan), sel-sel tubuh mengalami pertumbuhan terus-menerus dan membentuk sebuah tumor. Contohnya : BRCA1, BRCA2, and p53.
  • Oncogene: Gen ini membuat sel yang menjadi sel kanker. Contohnya: HER2/neu dan ras.
  • Gen yang memperbaiki DNA: Gen ini memperbaiki setiap kesalahan replikasi DNA. Dan bila ada kerusakan yang tidak sempat diperbaik saat terjadi mutasi, dapat memimpin ke arah keadaan kanker. Imunitas Tubuh terhadap Kanker Pada saat sebuah sel menjadi ganas, sistem kekebalan tubuh sering dapat merusaknya sebelum sel ganas tersebut berlipatganda dan menjadi suatu kanker. Namun apabila sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi secara normal, maka tubuh cenderung rentan terhadap resiko kanker, seperti yang terjadi pada penderita AIDS, pengguna narkoba, pengguna obat steroid (penekan sistem ketahanan tubuh) atau yang sedang menderita penyakit auto imun (misalnya lupus). Tetapi sistem kekebalan tubuh pun tidak selalu efektif, sehingga kanker kadang kala masih dapat menembus perlindungan ini meskipun sistem kekebalan tubuh berfungsi secara normal. Pada hampir semua jenis kanker, angka keberhasilan terapi sangat berkaitan dengan stadium saat diagnosa dan pengobatan. Semakin tinggi stadium saat diagnosa, maka keberhasilan terapi akan semakin menurun dengan modalitas pengobatan yang semakin agresif.

METASTASIS
Sel-sel kanker dapat merusak barier tempat asalnya dan kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain, disebut dengan metastasis. Penamaan metastasis dari sel kanker tersebut disesuaikan dengan tempat asal sel tersebut. Misalnya, jika sel kanker payudara menyebar ke paru, maka penamaannya metastasis kanker payudara, bukan kanker paru. Penyebaran kanker dapat melalui:

  • Rongga tubuh. Penyebaran ini maksudnya sel kanker menyebar pada bagian tubuh yang memiliki rongga (misalnya, usus, ovarium dan lainnya), di mana kanker ini dapat menembus organ berrongga tersebut dengan mengadakan invasi dan kemudian tertanam pada tempat yang baru.
  • Limfogen (melalui aliran limfe). Dalam keadaan normal, kelenjar getah bening ukurannya kecil, berbentuk seperti sekelompok kacang dan terdapat di berbagai bagian tubuh (leher, selangkangan dan ketiak). Kelenjar getah bening ini berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh (membersihkan aliran limfe dari kuman atau pun dalam hal ini sel kanker). Bila pertahanan tubuh ini rusak atau tidak lagi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka kelenjar ini menjadi satu media yang membantu penyebaran kanker. Kelenjar getah bening ini pun dapat menjadi ukuran dalam menentukan prognosis (harapan kesembuhan) kanker. Dan melalui aliran limfe ini pula, sel kanker dapat menyebar secara hematogen (aliran darah) melalui pertemuan di ductus thorasicus.
  • Hematogen (melalui aliran darah). Penyebaran melalui aliran darah ini merupakan hal yang paling ditakuti karena dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh lain, dekat atau jauh.

Sumber: Blog Ikrimah Indonesia
Read more similar issue

Kriminalisasi Praktik Dokter

Hukum Praktik Kedokteran dinilai mengkriminalkan praktik dokter. Kesalahan administrasi sebab dokter melanggar praktik di lebih dari tiga tempat, misalnya, eloknya tak diganjar hukuman penjara. Sejatinya alasan pembatasan praktik dokter demi kebaikan dokter dan agar pasien tak sampai dirugikan.

Apa yang terjadi di lapangan? Di mana-mana di dunia, masalah medis dan kesehatan berhulu dari tiga anasir. (1) Buruknya hubungan dokter-pasien; (2) tak tepatnya memilih sistem layanan kesehatan yang dianut, dan; (3) kondisi pranata kesehatan masyarakat. Masing-masing membawa kendala dan masalahnya sendiri.

Sengketa dokter-pasien bukan terbatas lantaran hadirnya kesenjangan kompetensi, melainkan oleh ihwal nonmedis-nonteknis yang berawal dari soal akhlak. Akhlak milik pihak dokter dan akhlak yang dibawa pasien serta masyarakat. Akhlak dokter memunculkan sikap kesewenang-wenangan terhadap pasien karena dokter memiliki otonomi tinggi dalam mengobati pasien. Saat yang sama hadir gugatan pasien yang celakanya melampaui akal sehat medis.

Montir dan mobil
Sebut sikap masyarakat menuduh setiap ihwal kerugian yang dipikul pasien, kesalahan serta-merta menohok pihak pemberi layanan. Tuduhan pralegal untuk kasus dugaan malapraktik muncul karena terbatasnya akal sehat medis masyarakat. Di sisi lain, masyarakat mendudukkan posisi dokter sebagai montir. Dokter pun memperlakukan pasien seperti mobil di bengkel. Padahal, transaksi terapeutik punya karakter berbeda. Dalam mengobati pasien, tak boleh dan tak bisa ada janji pasti sembuh. Dalam sumpah dan janji profesi, dokter tidak boleh melaba. Namun, dalam praktik, dokter bersinggungan dengan industri farmasi dan obat, selain dengan industri rumah sakit yang membolehkan dokter memetik profit. Itu berpotensi merongrong moral dokter.

Rasa rancu profesi dan goyah moral yang dihadapi dokter pada ujungnya tak menguntungkan pihak pasien. Profesi dokter harus diingatkan bahwa pekerjaannya tergolong bisnis moral. Supaya rasa mengabdi dan sikap altruisme dokter terjaga, karisma dan disiplin profesi tak boleh bersanding atau disandingkan dengan karisma dan disiplin manajerial rumah sakit. Pasien harus bayar dulu sebelum berobat (prepaid services), misalnya, bukan lahir dari sikap etik seorang dokter, tetapi dari manajemen rumah sakit yang orientasinya merasa sah berpikir efisiensi dan layak berhitung untung-rugi.

Kalau saja dokter mengamalkan sumpah dokter dan sumpah jabatan, serta kode etik profesi dokter (Kode Etik Kedokteran Indonesia) tidak lumpuh, kesewenang-wenangan dokter terhadap pasien tak perlu terjadi. Demikian pula jika masyarakat sudah cerdas mengkritisi, layanan medis dan kesehatan berpihak kepada si penerima jasa (client), masyarakat bisa arif memahami betapa tak sederhananya menyembuhkan penyakit. Bahwa kesalahan medis teknis harus dilihat pasien sebagai risiko profesi karena tubuh manusia bukan mesin dan dokter bukan malaikat.

Moralitas profesi
Sejak awal, peran, fungsi, dan pekerjaan dokter sudah dipagari rambu etika dan moralitas profesi, selain kerangkeng hukum (Undang-Undang Nomor 23/92). Sumpah dokter, sumpah jabatan, dan kode etik kedokteran dibuat demi menjaga martabat dokter, melindungi masyarakat, dan meningkatkan kualitas layanan, selain ada kepastian hukum. Puluhan tahun berlalu. Gugatan dan tuntutan medis belum juga reda. Lalu, Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Indonesia pun dilahirkan. Namun, nyatanya perseteruan dan gugatan medis masih tetap ada.

Pagar hukum agar dokter bekerja profesional, berhati nurani, ternyata belum dirasa cukup. Lalu, dimunculkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Undang-Undang Nomor 8/99). Karena dengan tambahan hukum itu pun masih ada dokter bandel, dipandang perlu pemerintah membidani UU Praktik Kedokteran (Permenkes No 1419/05). Kita melihat ada duplikasi hukum ketika Undang-Undang No 23/92 dianggap mandul karena baru sebagian kecil yang diberi gigi.

Tak mudah mengurusi profesi dokter
Tak ringan melakukan koreksi akhlak dokter kalau telanjur menceng. Otonomi profesi dokter sendiri kelewat tinggi. Sistem layanan kesehatan kita menduakan pikiran dokter karena hidup dari gaji saja tak cukup. Sedangkan kondisi masyarakat masih subordinat di hadapan pekerjaan dokter. Maka, masih menyimpan masalah. Keinsafan setiap dokter untuk mengamalkan etika dan moral sebagai bagian dari profesi belum sepenuhnya tumbuh. Penyebab tunggalnya karena rata-rata sekolah dokter tidak mengutamakan pendidikan etika medik, selain kendali masyarakat pasien terhadap profesi layanan medis masih belum perkasa.

Otonomi pasien
Kalau saja setiap medikus-praktikus mengamalkan semua yang baik-bagus-benar itu dan mengekang semua yang kebalikannya, kemunculan dilema medis dan kesehatan bisa digagalkan. Duplikasi hukum tak perlu ada sekiranya setiap dokter tunduk tidak melompati pagar sumpah, janji, dan kode etik profesi. Selain itu, di hadapan dokter harus hadir otonomi pasien juga. Hak pasien perlu diangkat, selain kewajiban pasien kembali diinsafi. Perselisihan dokter-pasien muncul karena pada tiap-tiap pihak tak jelas menghadirkan hak maupun kewajibannya. Lain dari itu, sebagian kecil saja pasien bisa membayar (fee for service) di "jalur cepat" (nonpuskesmas). Sebagian besar masih bergelut dengan lingkaran setan ekonomi lemah, kurang gizi, dan sanitasi buruk yang lebih membutuhkan upaya kesehatan preventif ketimbang belanja obat. Masih lebih membutuhkan air bersih, jamban keluarga, perbaikan selokan, dan penyuluhan gizi ketimbang iptek medis tinggi sebagaimana yang diminta orang mampu di perkotaan.

Kehadiran layanan "jalur cepat" untuk pasien berpunya dan "jalur lambat" untuk pasien kebanyakan menimbulkan kecemburuan sosial. Ini menambah runyam tuntutan pasien karena masyarakat di pinggir industri medis kota-kota besar tak selalu mampu berobat setiap kali sakit. Agar otonomi dokter tidak kelewat tinggi, sistem kontrol pasien harus dijadikan andalan. Oleh karena di depan hukum dokter masih mungkin berkelit, wawasan medis dan pengetahuan kesehatan masyarakat perlu cerdas membekuk dokter nakal. Peran puskesmas amat besar dalam mencerdaskan warga.

Penyuluhan (komunikasi-informasi-edukasi) kesehatan harus tetap menjadi kegiatan puskesmas paling memberdayakan masyarakat di layanan "jalur lambat". Masyarakat yang ditargetkan tidak sudi di-apa-bagaimanakan saja oleh pihak pemberi layanan medis. Untuk itu, puskesmas perlu direvitalisasi. Adapun masyarakat perkotaan perlu diberdayakan pula agar arif membaca akal sehat medis. Di pojok sini sisi layanan medis sering digugat atau berisiko menimbulkan salah sangka publik terhadap pekerjaan medis, kalau masyarakat dibiarkan masih tak cerdas dan bersikap kritis. Untuk menyehatkan masyarakat, sejatinya tak perlu dokter dikriminalisasi dengan ongkos hukum semahal itu.

Handrawan Nadesul; Dokter



Info Farmasi/Obat Kanker